Pengaatan hama dan penyakit

Pengamatan hama dan penyakit merupakan salah satu kunci sukses keberhasilan dalam pertanian

Gapoktan Saluyu

Salah satu contoh keberhasilan pemberdayaan petani khususnya dalam kemandirian pengelolaan ekonomi mikro

"The farmer's eye is the best fertilizer."

SL-PTT

Sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu.

BP3K Curugkebar

Balai penyuluhan pertanian, perikaan dan kehutaan kecamatan Curugkembar, Sukabumi.

Sabtu, 07 Januari 2012

Merakit Varietas Padi Tahan Penggerek Batang Melalui Transfer Genetik

Hama penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas) merupakan hama perusak tanaman padi peringkat satu di Indonesia. Sudah banyak upaya dan cara dilakukan untuk menangkalnya, termasuk varietas resisten, namun sampai sekarang tetap belum memuaskan. Sementara itu para ilmuwan mancanegara dan Indonesia telah mulai pula eksplorasi alternatif lain yakni padi rekayasa genetik.
Di antara yang paling mutakhir di Indonesia adalah studi yang dilakukan N. Usyati dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi bersama Damayanti Buchori, Syafrida Manuwoto dan Purnama Hidayat dari Fakultas Peranian IPB, serta Inez H. Slamet-Ludin dari Puslit Bioteknologi LIPI. Menggunakan galur-galur gen cry untuk merekayasa padi transgenik tahan hama penggerek padi kuning, mereka melakukan dua tahap percobaan in planta dan laboratoris (tahun 2008 dan 2009) masing-masing untuk melihat efektivitasnya mengendalikan hama sasaran dan pengaruhnya terhadap perkembangan dan keselamatan (survival) serangga predator Verania lineate (Thurnberg). Rangkaian percobaan diselenggarakan di laboratorium dan rumah kaca Biologi Molekuler Tanaman, Puslit Biotek LIPI, Cibinong, Bogor.
Dr. N. Usyati yang memaparkan hasil penelitian mereka pada seminar di Puslit Tanaman Pangan, Bogor belum lama ini menjelaskan rekayasa genetik tanaman merupakan pilihan yang diharapkan untuk menjawab tantangan hama penggerek batang padi kuning. Hasil penelitian menunjukkan adanya galur-galur padi transgenik yang cukup efektif mengendalikan hama penggerek batang padi kuning dan yang tidak begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan keselamatan predator V. lineata. Namun diakui pada saat dan kondisi sekarang tanaman transgenik masih terus diperdebatkan, terutama menyangkut pengaruhnya terhadap lingkungan. Sehingga padi transgenik tahan penggerek batang padi yang direkayasa belum bisa begitu saja dilepas ke pasar. Masih harus ditempuh berbagai pengujian dan pembuktian efektifitas dan keamanannya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun setidaknya teknologinya sudah dikuasai dan sesewaktu siap digunakan atau dikembangkan.
Diungkapkan bahwa transformasi genetika tanaman padi untuk ketahanan terhadap penggerek batang padi sudah dilakukan para ilmuwan mancanegara menggunakan gen cry dan gen potato proteinase inhibitor II sejak tahun 1990-an. Ada banyak keberhasilan, di antaranya laporan Datta dkk (1998) bahwa sejumlah tanaman padi transgenik yang ditransformasi dengan gen cryIAB mampu mematikan 100% larva hama penggerek batang padi kuning S. incertulas. Para peneliti Indonesia juga telah merekayasa beberapa galur padi transgenik yang berpotensi mengendalikan penggerek batang padi kuning. Di antaranya hasil transformasi gen cry pada padi varietas Rojolele oleh Slamet-Ludin dkk (1998) dan dengan Agrobacterium (cryIAB) oleh Rahmat (2006). Untuk memperoleh padi tahan penggerek batang padi dengan ketahanan panjang (tidak mudah patah), Rachmawaty (2004) mentransformasi dua gen cry (cryIAB-cryAa) yang berbeda binding site dalam sistem pencernaan larva serangga dan transformasi gen cryIB di bawah kendali promoter terinduksi pelukaan yaitu promoter dari gen maize proteinase inhibitor (mpi).
Usyati dkk pada percobaan itu menggunakan 7 galur padi transgenik yakni: Galur 4.2.3 dan 4.2.4 yang mengandung fusi dua gen cry (cryIB-cryIAa); galur 3R9 dan 3R7 yang mengandung gen mpi-cryIB; galur 6.11 yang mengandung gencryIAb melalui teknik penembakan; galur DTcry (Azygous) yang negarif cry (null); dan galur DT-cry yang mengandung gencryIAB melalui Agrobacterium; serta tanaman padi bukan transgenik yang meliputi Rojolele, Cilosari dan Ciherang. Deteksi keberadaan gen pada tanaman padi transgenik menggunakan cara uji PCR.
Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites